RuangInformasi - Telangga ngebel berada di wilayah Ponorogo Jawa Timur , telaga Ngebel ada salah satu danau yang berada di pulau Jawa ini . telaga ini adalah terbuat berdasarkan alami bukan telaga buatan . di Telaga Ngebel ini bayak kisah rakyat yang terkandung di ceritanya , Dulu konon terdapat laki - laki buruk rupa - Rawa Pening adalah salah satu destinasi wisata yang menarik untuk melepas penat di Jawa Tengah. Rawa Pening Z Creator/Titi RomiyatiTerletak hanya 40 menit dari Kota Semarang, danau alami seluas hektare ini menawarkan panorama indah dengan pemandangan pegunungan yang memukau. Asal usul terbentuknya Rawa Pening dihubungkan dengan sebuah legenda menarik. Kisahnya bermula dari sebuah desa bernama Ngasem yang terletak di lembah antara Gunung Merbabu dan Telomoyo. Baca Juga Menikmati Sunset dan Keindahan Destinasi Wisata dari Karimun Jawa yang MengagumkanDi desa tersebut tinggal sepasang suami-istri bernama Ki Hajar dan Nyai Selakanta. Mereka dikenal sebagai pasangan yang pemurah dan suka menolong, sehingga sangat dihormati oleh masyarakat sekitar. Nyai Selakanta menginginkan seorang anak, dan untuk mewujudkannya Ki Hajar bertapa di lereng Gunung Telomoyo. Nyai Selakanta merawat kehamilannya dengan sabar dan keajaiban pun terjadi. Saat melahirkan, yang lahir dari perutnya bukanlah seorang anak manusia, melainkan seekor naga yang diberi nama Baru Klinthing. Baru Klinting memiliki kemampuan berbicara seperti manusia meski berwujud Pening Z Creator/Titi RomiyatiNyai Selakanta merasa malu dan merawat Baru Klinting dengan rahasia. Namun, ketika Baru Klinthing dewasa, ia memutuskan untuk menemui ayahnya yang bertapa di lereng Gunung meyakinkan Ki Hajar dengan membawa pusaka tombak miliknya, Baru Klinthing diperintahkan untuk bertapa di Bukit Tugur agar tubuhnya berubah menjadi itu, ada sebuah desa bernama Pathok yang sangat makmur namun penduduknya angkuh. Mereka bermaksud mengadakan pesta sedekah bumi dan berburu binatang di Bukit mereka menangkap dan memotong-motong daging Baru Klinthing untuk dijadikan hidangan pesta. Saat para warga sedang berpesta, Baru Klinthing yang telah berubah menjadi manusia muncul dan meminta makanan, namun ia malah Klinting meninggalkan desa dan bertemu dengan seorang janda tua bernama Nyi Latung. Nyi Latung mengajaknya ke rumahnya dan memberinya Pening Z Creator/Titi RomiyatiDalam perbincangan mereka, Baru Klinthing memberi saran agar warga diberi pelajaran. Ia meminta Nyi Latung untuk menyiapkan alat penumbuk padi dari kayu jika mendengar suara Klinting kembali ke pesta desa dengan membawa sebatang lidi dan menancapkannya ke tanah. Ia meminta warga mencabut lidi tersebut, tetapi tak seorang pun yang berhasil Juga Grojogan Klenting Kuning Kisah Ande Ande Lumut & Mata Air SuciDengan kekuatannya, Baru Klinthing mampu mencabut lidi tersebut dengan mudah. Suara gemuruh menggentarkan seluruh desa, dan air pun menyembur keluar dari besar terjadi, dan seluruh penduduk desa Pathok tenggelam dalam air yang meluap. Desa yang dulu makmur berubah menjadi rawa atau danau yang kini dikenal dengan nama Rawa kejadian itu, Baru Klinting kembali menemui Nyi Latung yang telah menunggu di atas lesung yang berfungsi sebagai perahu. Mereka berdua selamat dari bencana tersebut. Baru Klinting kemudian kembali menjadi naga untuk menjaga Rawa adanya mitos yang terkait dengan Rawa Pening, tempat ini menjadi lebih menarik. Kisah Baru Klinting yang menjadi naga dan menjaga danau ini memberikan daya tarik menikmati keindahan alam, pengunjung dapat merenungkan dan menghayati nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita Menarik Lainnya Lebih Dekat Melihat Sam Poo Kong, Destinasi Wisata Populer di Semarang Intip Pesona Pegunungan dan Air Hijau di Kawah Ijen, Bau Belerang Menyimpan Keindahan Melihat Puncak Gunung Rinjani dengan View Alam yang Memanjakan Mata Pantai Drini Jogja Punya Ombak yang Besar Jadi Incaran Peselancar Internasional Intip Pesona Gemercik Air dan Pasir Putih di Pantai Pok Tunggal di Gunung Kidul JogjaKonten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di Creators semuanyatentu sudah tahu kisah yang terkait dengan danau rawa pening yaitu legenda Baru Klinting, dikisahkan Baru Klinting lah yang menyebabkan terjadinya rawa pening, singkat cerita pada jaman dahulu ada sebuah desa yang mau mengadakan pesta untuk sedekah bumi, masyarakat berbondong bondong menyiapkan segala keperluannya sebagian dari masyarakat ada yang mencari hewan dihutan untuk dijadikan - Jika Magetan punya Telaga Sarangan, Ponorogo punya Telaga Ngebel. Telaga Ngebel menjadi destinasi wisata yang wajib kamu kunjungi saat mampir ke Ponorogo, Jawa Timur. Menurut informasi yang dihimpun Z Creators, alkisah Telaga Ngebel terbentuk berkaitan dengan mitos legenda dari seekor naga bernama Baru Klinting’ yang merupakan jelmaan dari Patih Kerajaan Bantaran Angin. Singkat cerita Sang Patih menjelma jadi ular besar saat bertapa di sana. Ular besar itu dibawa seorang warga ke desa untuk dijadikan makanan. Ajaibnya sebelum dipotong ular besar ini berubah jadi anak kecil. Si bocah tersebut membuat sayembara mencabut lidi yang ditancapkannya ke tanah. Namun, tak ada satu warga yang berhasil hingga akhirnya si bocah mencabut sendiri lidi air dari bekas cabutan lidi dengan bau menyengat yang membentuk kubangan air besar. Warga desa lantas memberi nama kubangan air tersebut Telaga Ngebel yang berarti telaga dengan air berbau menyengat. Jangan khawatir sekarang air di Telaga Ngebel tidak bau kok seperti legendannya. Sementara itu, Telaga Ngebel mempunyai daya tarik juga dari sisi budaya. Setiap 1 Suro atau 1 Muharram di Telaga Ngebel ada acara rutin yakni larungan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Ponorogo terhadap hasil bumi selama 1 JUGA Benarkah Sosok Robin Hood Ada di Dunia Nyata atau Hanya Sekadar Tokoh Fiktif Belaka?Telaga Ngebel Z Creators/Haqia A RamadhaniTelaga Ngebel juga difungsikan sebagai destinasi wisataSementara itu, berdasarkan pantauan Z Creators, Telaga Ngebel berjarak 12,5 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Ponorogo. Telaga Ngebel sendiri dibangun pada tahun 1920 hingga 1924 yang bertujuan untuk penampung air dari Sungai Jeram dan Sungai seiring berjalannya waktu Telaga Ngebel juga difungsikan sebagai destinasi di kaki Gunung Wilis membuat udara di sekitar Telaga Ngebel sejuk. Kamu di sini bisa menikmati pemandangan air telaga yang bersih dengan warna gradasi hijau dan juga bisa memandang rimbunnya pepohonan Gunung Wilis yang mengelilingi telaga. Tak sekadar menikmati pemandangan tetapi kamu bisa berkeliling telaga naik speed boat yang ke sini tak lengkap rasanya jika melewatkan kuliner khasnya. Kamu wajib mencicipi ikan nila ikan nilanya selalu fresh karena diambil langsung dari budidaya yang dilakukan langsung di Telaga Ngebel. Camilan nangka goreng juga wajiba kamu itu, kamu bisa membeli buah durian, alpukat, dan manggis sebagai oleh-oleh. Buah-buahan ini merupakan hasil kebun dari masyarakat ketersediaan ketiga buah itu hanya ada di musim tertentu Ngebel Z Creators/Haqia A RamadhaniBACA JUGA Sejarah Panjang Topi Putih Tinggi Para ChefArtikel Menarik Lainnya Mitos Legenda Cerita Rakyat Munculnya 2 Anak Berkulit Hijau di Woolpit, Emang Benar Ada? Cesc Fabregas Akan Jalani Tes Medis di Klub Serie B Como dan Dilatih Legenda Indonesia Alasan Mengapa Imlek Identik dengan Warna Merah, Benarkah Berkaitan dengan Binatang Buas?Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini .Z Creators Menurutlegenda, Rawa Pening terbentuk dari muntahan air yang mengalir dari bekas cabutan lidi yang dilakukan oleh Baru Klinthing. Baru Klinthing yang berubah menjadi anak kecil yang penuh luka dan berbau amis sehingga tidak diterima masyarakat dan akhirnya ditolong janda tua ini sudah berlalu. – Telaga Ngebel, telaga alami yang cantik nan sejuk terletak di Kab. Ponorogo Jawa Timur Temen-temen pernah main ke Ponorogo? Ponorogo itu tidak hanya terkenal karena REOG nya aja lo.. Tapi juga karena wisata alamnya. Salah satunya ya telaga ngebel. Merupakan telaga alami yang berada di kaki gunung wilis sehingga tidak di pungkiri lagi klo di sini suasananya sejuk. Saya sendiri kurang tahu bagaimana telaga ini terbentuk, tetapi telaga ini memiliki legendanya sendiri. Legenda terbentuknya telaga Ngebel. Konon katanya ada seekor ular raksasa yang sedang bertapa di gunung. Tidak terlalu jauh dari tempat pertapaan ular tersebut ada sebuah kampung. Sang kepala kampung akan mengadakan pesta pernikahan untuk anaknya. Agar pestanya meriah, diperlukan banyak makanan sehingga warga kampung beramai-ramai berburu ke hutan untuk mencari hewan buruan. Cukup lama warga kampung tersebut tidak mendapatkan hewan buruan satu pun. Karena lelah mereka beristirahat. Secara tidak sengaja salah satu warga menemukan ular raksasa tersebut. Beramai-ramai mereka memotong ekor ular tersebut untuk makanan pesta. Setelah para warga kembali ke kampung, potongan ular tersebut menjelma menjadi anak kecil dengan nama ā€œBaru Klintingā€. Baru Klinting mendatangi kampung tersebut bermaksud meminta makanan, akan tetapi penampilannya sangat kotor dan berbau, warga kampung mengusirnya. Datang seorang ibu tua mengajak Baru Klinting ke rumahnya dan memberi dia makanan. Setelah selesai memakan makanannya, Baru Klinting meminta ibu tua tersebut untuk menyiapkan lesung tempat menumbuk padi dan berpesan jika terjadi apa-apa ibu tua tersebut diminta untuk naik lesung tersebut. Baru Klinting kemudian kembali ke tempat pesta kepala kampung dan mengadakan sayembara. Sebelumnya dia menancapkan sebatang lidi ke tanah. Jika ada salah satu warga yang bisa mencabut lidi tersebut, Baru Klinting akan memberikan lebih banyak makanan untuk pesta. Akan tetapi dari sekian banyak warga kampung tidak satupun yang mampu mencabut lidi tersebut. Akhirnya dicabutlah lidi tersebut oleh Baru Klinting. Dari lubang bekas cabutan lidi tersebut muncul semburan air yang kelamaan menggenang sampai akhirnya terbentuk telaga menenggelamkan seluruh kampung beserta warganya kecuali Ibu tua pemberi makanan karena terapung naik lesung. Terlepas dari cerita legenda tersebut, telaga ngebel memang memukai keindahannya. Kalau hari libur, banyak orang berkunjung kesana. Jika yang muda-muda banyak yang kesana bersama pacarnya. Tetapi tidak sedikit juga rombongan keluarga yang datang. Walau hanya duduk-duduk piknik di pinggir telaga sambil menikmati kuliner. Sekarang sudah banyak penajaja kuliner di telaga Ngebel. Yang terkenal adalah wedang kopi plus gorengan. Mantab sambil menikmati pemandangan telaga. Selain itu juga ada wahana Speedboat mengelilingi telaga. Yup.. Klo maen ke Ponorogo jangan lupa mampir ke telaga Ngebel Kawan. Berikut sedikit dokumentasi saya saat main kesana saat liburan tahun baru kemaren.
Wallpaperdinding karakter kartun, byk motifnya ukuran 45cm x 3m 20rb

Kisah Legenda Kesaktian Jaka Bandung Untuk Mendapatkan Cinta Putri Pandan Kuning dari Kerajaan Pengging Pada artikel The Jombang Taste sebelumnya telah penulis bagikan asal-usul Rawa Pening dari kisah legenda Naga Baru Klinting. Artikel ini merupakan kelanjutan dari cerita rakyat Jawa Tengah tersebut. Ketika Naga Baru Klinting tumbuh menjadi remaja, ia diberi nama Jaka Bandung oleh ayahnya yang merupakan seorang resi. Jaka Bandung adalah pemuda yang sakti namun memiliki wajah […] Asal-usul Naga Baru Kelinting, Legenda Manusia Ular dari Gunung Merbabu Penyebab Munculnya Telaga Rawa Pening Pada artikel The Jombang Taste sebelumnya telah penulis bagikan kisah legenda percintaan Putri Dyah Kasmala dan Ajar Windusana yang berjalan tidak mudah. Meski kehidupan asmara mereka berdua banyak menemui halangan, mereka senantiasa berkasih-kasihan satu sama lain. Melalui artikel The Jombang Taste kali ini penulis akan membagikan asal-usul kelahiran Naga Baru Kelinting, buah hati mereka berdua […]

Menurutlegenda, Rawa Pening terbentuk dari muntahan air yang mengalir dari bekas cabutan lidi yang dilakukan oleh Baru Klinthing. cerita baru klinting yang berubah menjadi anak kecil yang penuh luka dan berbau amis sehingga tidak diterima masyarakat dan akhirnya ditolong janda tua ini sudah berlalu. 129.
foto by Lokasi Jalan Lingkar Selatan Kilometer 3 Ambarawa, Kab. Semarang, Prov. Jawa Tengah Map Klik Disini HTM Hari biasa Hari libur Buka Tutup WIB Telepon – Danau Rawa Pening mempunyai luas sekitar hektar dan sebagian besar ditumbuhi tanaman enceng gondok. Danau ini berada dalam 4 kecamatan diantaranya adalah Banyubiru, Bawen, Tuntang, dan Ambarawa. Bagi mayoritas warga sekitar, danau Rawa Pening adalah sumber kehidupan mereka. Para warga mencari ikan di danau, itulah kenapa banyak sekali perahu-perahu kecil warga yang ada didekat danau. Danau, Foto Tidak ada kesulitan untuk mengakses lokasi ini. Anda dapat menggunakan bus, angkutan atau kendaraan pribadi untuk datang ke danau Rawa Pening. Jika berkunjung kemari saat langit dalam keadaan cerah, disekitar danau rawa pening akan nampak sangat jelas panorama gunung Ungaran dan Merbabu yang bertengger gagah. Keindahan Lokasiā¤ļøJalan Menuju Lokasiā¤ļøHarga Tiket Masukā¤ļøSejarah dan Misteri ā¤ļøApa Saja Keunikannya ā¤ļøSiap Go Internationalā¤ļø Keindahan Lokasiā¤ļø Rawa Pening adalah danau seluas dua ribuan hektar lebih yang menjadi destinasi wisata favorit warga Semarang dan sekitarnya. Danau ini tepatnya berada di Ambarawa antara Kota Semarang dan Kota Salatiga. Tempat ini bisa dinikmati baik saat pagi hari maupun sore hari. Dibuka setiap hari dari pukul WIB hingga pukul WIB. Tidak hanya datang dengan teman sebaya namun sangat cocok untuk wisata keluarga juga. Anda akan merasakan sensasi berwisata yang berbeda saat datang kesini. image by Untuk menyususuri danau Rawa Pening, disediakan penyewaan perahu didermaga danau. Untuk lebih murahnya setiap perahu menampung maksimal delapan orang. Jadi, berwisata rame-rame akan jauh lebih menarik dan juga irit karena biaya sewa perahu bisa ditanggung bersama. Untuk para orangtua juga bisa memboyong anak-anak menikmati sore yang indah didanau ini sambil melihat pemandangan gunung Merbabu dan Ungaran yang menakjubkan disekitar danau. Selain itu, Anda juga berkesempatan melihat secara langsung kehidupan para warga sekitar yang notabennya adalah nelayan. Ini bisa jadi cara baik belajar mengenalkan kehidupan lingkungan sekitar serta aneka profesi bagi anak-anak juga. Berkunjung kemari tidak hanya sekedar refreshing tapi juga dapat belajar tentang ekosistem alam yang ada di danau Rawa Pening serta habitat asli apa saja yang terdapat disini. Apakah Anda seseorang yang hobi memotret? Ini merupakan tempat yang tepat untuk Anda. Banyak sekali objek potret yang perlu diabadikan. Pemandangan sekitar danau sangat mengagumkan terutama jika langit sedang cerah. Anda akan sulit menemukan pesona yang ditawarkan danau Rawa Pening ditempat lain terutama saat matahari terbit atau tenggelam. Kata pening’ sebenarnya berasal dari bahasa Indonesia bening’ atau arti lainnya jernih. Kenapa dinamakan demikian karena rawa ini mempunyai warna air yang jernih. Itulah sebabnya dinamakan Rawa Pening’ yang bermakna rawa dengan air jernih. Perahu, Foto Jalan Menuju Lokasiā¤ļø Rute jalan yang harus dilewati agar mencapai kawasan wisata danau Rawa Pening adalah lewat jalan lingkar selatan kota Ambarawa. Ini adalah jalur termudah yang dapat ditempuh baik dengan angkutan umum, motor atau mobil pribadi. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi, dari jalur kota Semarang menuju kota Solo pilih belok kekanan hingga dipertigaan kota Ambarawa. Dari pertigaan pilih jalur lingkar selatan. Selama perjalanan Anda akan dimanjakan dengan pemandangan latar gunung Ungaran dan Merbabu serta sawah-sawah yang terhampar luas. Harga Tiket Masukā¤ļø Harga tiket yang dibandrol untuk masuk ke kawasan danau Rawa Pening adalah /orang dihari biasa dan di hari libur. Setiap hari buka dari WIB sampai WIB. Sedangkan penyewaan perahu dibandrol tarif selama setengah jam. Masing-masing perahu maksimal memuat 8 orang. Terletak di Selatan kota Semarang, Sejarah dan Misteri ā¤ļø Selain enceng gondok yang tumbuh subur sepanjang tahun, rawa pening juga memiliki legenda sehingga menambah kepopulerannya. Ada sebuah legenda yang sangat terkenal berasal dari danau Rawa Pening. Menurut berbagai sumber Rawa Pening dahulu kala aslinya adalah sebuah desa. Desa tersebut bernama desa Malwapati. Konon desa Malwapati dilanda luapan air yang besar sehingga merendam seluruh isi desa. Ternyata air tersebut bermula dari ditancapkannya sebatang lidi. Lidi ini bukan sembarang lidi karena yang menancapkannya adalah seorang anak titisan ular naga. Titisan ular naga tersebut bernama Baru Klinting. Baru Klinting lahir dari rahim istri Ki Ajar Salokontoro. Beliau merupakan seseorang yang terkenal sakti mandraguna dari Malwapati. Baru Klinting melakukan pertapaan setelah mendapat perintah karena ingin diakui anak dari ayah kandungnya, Ki Ajar Salokontoro. Akhirnya Baru Klinting selesai bertapa dan hasil dari pertapaannya tersebut wujudnya berubah menjadi seorang bocah. Keluar dari tempat pertapaan ia melakukan perjalanan ke desa karena ingin mencari makanan. Akan tetapi, saat melihatnya berjalan berkeliling desa Malwapati, warga tidak menyukainya dan mengusirnya karena tubuh Baru Klinting sangat bau serta penuh luka-luka. Baru Klinting bertemu dengan seorang nenek yang mau memberi makan. Nenek baik hati tersebut bernama Nyi Lebah. Baru Klinting berkata pada nenek jika suatu hari terjadi banjir bersembunyilah didalam lumpang. Kemudian ia pergi. Ia kembali ke desa Malwapati dan mengadakan sayembara. Sayembaranya adalah mencabut sebatang lidi. Tidak ada satu orang pun yang berhasil mecabutnya sehingga Baru Klinting sendirilah yang mencabut lidi tersebut. Namun dari cabutan lidi Baru Klinting terjadi luapan air yang dahsyat melanda desa Malwapati sehingga seluruh desa tergenang air. Mencari Ikan, gambar Konon katanya Baru Klinting masih hidup hingga saat ini dalam jelmaan ular yang menjaga danau Rawa Pening. Legenda ini masih dipercaya oleh penduduk sekitar danau bahkan warga setiap setahun sekali mengadakan ritual rutin melarung sesaji untuk menghormati legenda danau Rawa Pening. Asal-usul, mitos dan legenda yang berkembang di danau Rawa Pening semakin menambah minat wisatawan untuk menyaksikan secara langsung eksotisme pemandangan danau dan kepercayaan warga sekitar. Namun dibalik itu semua legenda atau cerita yang melatarbelakangi, Rawa Pening menawarkan kenyamanan dan keelokan tersendiri yang sulit dijumpai ditempat lain. Untuk sekedar melepas penat dari hiruk pikuk suasana kota yang melelahkan dengan melihat air danau yang dikelilingi pemandangan indah gunung Ungaran dan Merbabu menambah ketenangan. Menikmati Pemandangan Dengan Lori kereta, Foto Apa Saja Keunikannya ā¤ļø Selain melihat pemandangan alam sekitar danau atau menyisirnya dengan perahu, ada lokasi wisata yang perlu dikunjungi yaitu Kampoeng Wisata Rawa. Tempat ini adalah sebuah paguyuban yang diprakarsai dan dikelola sendiri oleh kelompok warga sekitar rawa. Kelompok tersebut terdiri dari dua belas kelompok nelayan dan tani. Mereka bergotong royong menciptakan lapangan kerja serta memajukan kawasan wisata danau. Pemandangan disini juga sangat indah Pemandangan disini tak kalah cantik dan sangat menyegarkan. Untuk sampai kesini sangat mudah karena ada dipinggir jalan. Jalan ini merupakan jalur yang dilewati jika hendak ke Semarang-Yogyakarta. Jika dari arah Semarang kurang lebih memerlukan jarak tempuh selama 30 menit atau 34 km dari Semarang kota. Sejak dibuka pada tahun 2012, Kampoeng Wisata Rawa menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat berada di Ambarawa. Fasilitas yang ditawarkan oleh tempat wisata ini adalah rumah makan apung, tempat mancing, pendopo, pusat kerajinan tangan dan dok. Lokasi ini tepatnya berada di tengah-tengah sawah dan berbatasan langsung dengan lokasi wisata danau Rawa Pening. Disebelah selatan kampung rawa terdapat Gunung Merbabu dan Telomoyo yang menambah apik suasana ditempat ini. Yang paling terkenal dari kampung rawa adalah tempat makan apungnya yang dapat menampung 300 kursi pengunjung. Bahan makanan yang digunakan adalah hasil asli budidaya penduduk sekitar sehingga fresh dan lezat. Yang juga menarik dari rumah makan apung ini adalah pengunjung akan ditarik dengan rakit untuk mencapai lokasi utama. Inilah yang membuat minat para wisatawan untuk berkunjung kesini. Hal ini terbukti karena selama hari libur pengunjung yang datang tidak hanya ratusan bahkan ribuan setiap harinya. Wisatawan yang datang tidak hanya warga Semarang, Ambarawa, Salatiga, Solo atau sekitarnya melainkan datang dari berbagai pelosok negeri ini. Jika ingin datang ke Kampoeng Wisata Rawa biaya yang dikenakan adalah per orang. Tempat ini dibuka setiap hari dari pukul sampai Selain tempat makan, adapula wahana bermain bagi anak-anak maupun dewasa seperti perahu karet, becak mini, ATV, bebek air, dll. Harga untuk setiap wahana bervariasi contohnya becak air dikenakan tarif selama seperempat jam dan wahana ATV tarifnya selama seperempat jam juga. Photo Ada juga obyek wisata Monumen Palagan Ambarawa. Monumen ini merupakan sisa-sisa pertempuran pada masa merebut kemerdekaan Indonesia. Peristiwa peperangan itu terjadi pada 12 Des sampai 19 Des tahun 1945. Tempat ini juga pernah digunakan syuting film Soekarno karena memiliki latar dan background sejarah yang pas dengan tema film tersebut. Harga tiket masuknya adalah yang masih satu kawasan dengan Museum Kereta Api Ambarawa. Disini merupakan saksi sejarah bagaimana riwayat para pasukan NICA pada masa itu. Ada lumayan banyak peninggalan masa penjajahan di Monumen Palagan Ambarawa ini. Peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut seperti meriam, kereta api, truk Belanda dan sebuah pesawat Mustang Belanda yang jatuh di Rawa Pening karena telah sukses ditembak pahlawan kita. Benteng Pendem Ambarawa atau dikenal dengan nama Benteng fort williem I juga menarik untuk dikunjungi. Benteng ini merupakan peninggalan pada masa Belanda. Pemerintah kolonial menggunkannya sebagai pertahanan dan tempat untuk mengatur siasat peperangan. Tempat ini memiliki daya tarik dengan nilai sejarah yang bisa dirasakan sejak melintasi pintu-pintu dan menaiki lantai 2. Tidak ada fasilitas yang cukup memadai bahkan masuk kesini tidak dipungut biaya sama sekali. Namun ada banyak pedagang yang menjajakan aneka makanan, minuman, dll didekat masjid dan dipinggiran tembok. Favorit Wisatawan, Foto Siap Go Internationalā¤ļø Rawa Pening bisa jadi objek wisata internasional tetapi harus memenuhi syarat 3A yaitu akses, atraksi dan amenitas. 3A tersebut meliputi memenuhi akses untuk menjangkau lokasi harus mudah, atraksi yang ditampilkan berkelas internasional, dan fasilitas-fasilitas yang disediakan bertaraf internasional pula. Selama ini sudah banyak sekali menteri dan anggota DPR yang telah meninjau danau Rawa Pening sebagai bahan penelitian apakah tempat ini siap go internasional atau belum. Ada beberapa perusahaan swasta yang siap menjadi investor untuk membuat Rawa Pening berkelas dunia sehingga dapat menarik minat wisatawan asing juga. Rawa Pening memiliki potensi emas untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata bertaraf internasional karena sangat unik. Meskipun kondisinya sekarang ini cukup menghawatirkan dikarenakan adanya sedimentasi sehingga danau semakin dangkal. Dahulu danau Rawa Pening memiliki kedalaman sekitar 15 meter namun saat ini sangat dangkal sekitar 5 meteran. Semoga saja tempat wisata Rawa Pening bisa dikembangkan lebih baik kedepannya. Karena banyak sekali investor yang ingin berinvestasi disini namun pengelolaannya harus baik. Menyusuri Keindahan, Foto Rawa pening ambarawa semarang merupakan obyek wisata di Kab. Semarang yang legenda dan mitosnya sangat terkenal. Pening adalah kata dalam bahasa jawa yang memiliki arti bening’. Ada beberapa sumber sejarah yang menceritakan misteri, gambar dari tempat yang bertetangga dengan salatiga ini. Diatas sudah dijelaskan mengenai cerita tersebut termasuk tiket masuk, dimana lokasi, foto, mitos yang berkembang, alamat, dekat dengan garden hotel bandungan, apakah ada hantu ditempat tersebut atau tidak. Tempat ini pernah digunakan sebagai latar syuting iklan teman sesama artis Andika pratama yang juga seorang atlet, Ade Rai. Di tengah danau banyak juga ribuan enceng gondok. Beberapa informasi tambahan seperti peta, pernah di buat film atau tidak, beberapa versi cerita yang berkembang, terletak di kecamatan apa, legenda asli berasal dari kab. Semarang yang provinsinya adalah jateng juga telah disampaikan. Ada juga mitos tentang angker tidaknya tempat tersebut dan ada pula destinasi wisata lain di kabupaten Semarang. Semuanya sudah dirangkum secara jelas baik asal usul bukit cinta banyubiru bawen, cerita fiksi atau non fiksi secara singkat, lokasinya dimana, daerah mana, apakah pernah ada dinosaurus dan tentunya merupakan salah satu contoh destinasi dunia eceng gondok bidang ilmu ekologi dan ekosistem. Enceng gondok ini dapat bermanfaat untuk tempat sembunyi favorit para ikan dari teriknya panas matahari. Akan tetapi, karena terlalu suburnya enceng gondok yang ada di danau ini menyebabkan hampir seluruhnya tertutup oleh tanaman tersebut. Sehingga terjadilah pendangkalan danau rawa pening. Pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga ekosistem danau dan mencari solusi terbaik dari masalah suburnya pertumbuhan tanaman enceng gondok. Salah satu yang digalakkan pemerintah selain menjadikan danau rawa pening sebagai destinasi wisata pilihan adalah membuat kerajinan tangan berbahan dasar tanaman enceng gondok meskipun belum terlalu maksimal. Namun kedepannya diharapkan pemerintah dapat menyelesaikan masalah ini dengan baik sehingga Rawa Pening menjadi obyek wisata tidak hanya terkenal di tanah air namun juga mancanegara. Ranuartinya Danau. Ranu Grati adalah danau air tawar yang terletak di tepian tiga desa. Desa Ranu Klindungan, Sumber Dawesari dan Kalipang. Luasnya 1085 hektar. Maka selain disebut ranu Grati kadang disebut juga Ranu Klindungan.. Di Selatan danau terdapat tebing setinggi kurang lebih 50 meter. Di Utara, dibatasi tanah tak kurang dari 2 meter dari permukaan air. Kawasan ini termasuk kaki Utara Kal Rawa Pening Rawa Cemas pada perian 2008 Lokasi Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia Koordinat 7°17′S 110°26′E  /   / Koordinat 7°17′S 110°26′E  /   / Terwalak di negara Indonesia Distrik permukaan hingga hektare 25,0 hingga 26,7 km2; 9,7 sebatas 10,3 sq mi Rawa Pening pening adalah salah satu varian bahasa Jawa dari kata "wening" yang artinya hening, tenang, damai bahasa Jawa ꦫꦮ​ꦄꦼꦤꦶꦁ, translit. Rawa Buncah yaitu danau alam di Kabupaten Semarang, Jawa Perdua. Dengan luas hektare dia menempati kewedanan Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru.[1] Rawa Pening terletak di cekungan terendah lereng Gunung Merbabu, Giri Telomoyo, dan Gunung Ungaran. Tasik ini dangkal dan menjadi hulu bagi Wai Tuntang. Permasalahan lingkungan [sunting sunting sendang] Danau ini mengalami pendangkalan nan pesat. Pernah menjadi ajang mengejar lauk, saat ini erat seluruh permukaan rawa ini tertutup eceng buhuk. Gulma ini kembali telah menghampari Sungai Tuntang, terutama di bagian hulu. Persuasi memintasi spesies invasif ini dilakukan dengan mengerjakan pembasuhan serta pelatihan pemanfaatan eceng beguk dalam kerajinan, sahaja tekanan populasi pokok kayu ini sangat strata. Legenda Hijau Klinthing [sunting sunting sumber] Pemancing di Rawa Pening. Menurut legenda, Pandau Galau terbentuk berasal muntahan air yang mengalir dari bekas cabutan lidi yang dilakukan oleh Baro Klinthing. Kisahan Baru Klinthing yang berubah menjadi anak boncel yang munjung luka dan berbau amis sehingga tidak dituruti masyarakat dan balasannya ditolong janda tua. Paya ini digemari sebagai objek tamasya pemancingan dan sarana olahraga air. Saja akhir-akhir ini, perahu pengail bergerak pun runyam. Referensi [sunting sunting perigi] ^ "Wisata Pandau Pening, Ambarawa"". Diarsipkan dari versi kudus terlepas 2018-08-17. Diakses sungkap 2018-08-17 . Pranala luar [sunting sunting sumber] Paya Pening Semarang Objek Wisata Paya Pening Diarsipkan 2010-11-01 di Wayback Machine. Kar Lokasi Pelancongan Paya Bingung - CityGuide Diarsipkan 2012-01-17 di Wayback Machine. Dari Salatiga ke Rawa Pening BaruKlinthing mencabut lidi tersebut dengan mengerahkan kesaktiannya. Dari bekas cabutan lidi itu, air memancar serta menenggelamkan desa dan seluruh warganya, sehingga terbentuklah danau bernama
Daftar Isi1 Terjadinya Rawa Pening2 Legenda Rawa Pening3 Asal Usul Baru Klinthing Rawa Pening4 Cerita Rawa Pening5 Cerita Terbentuknya Rawa Pening Terjadinya Rawa Pening Kisah ini bermula saat ada wanita bernama Endang Sawitri yang hamil dan melahirkan seekor naga. Anehnya, naga yang kemudian diberi nama Baru Klinting itu bisa berbicara layaknya manusia. Beranjak remaja, Baru Klinting mulai menanyakan keberadaan ayahnya. Sang ibu pun mengatakan kalau ia sebenarnya anak dari Ki Hajar Salokantara yang sedang bertapa di sebuah gua. Endang juga memintanya untuk menemui sang ayah. Dibekalinya Baru Klinting dengan klintingan semacam lonceng peninggalan Salokantara sebagai bukti kalau mereka memang ayah dan anak. Sesampainya di sana, Salokantara mengajukan satu persyaratan lagi sebagai bukti. Yakni agar Baru Klinting terbang melingkari Gunung Telomoyo. Baru Klinting ternyata berhasil melakukan tugasnya. Salokantara pun mengakui kalau ia memang darah dagingnya. Lalu, Salokantara memerintahkan Baru Klinting untuk bertapa di dalam hutan. Di saat bersamaan, penduduk Desa Pathok di sekitar hutan tersebut sedang berburu hewan untuk sedekah bumi. Tak menemukan satu hewan pun, akhirnya mereka membunuh dan memotong-motong tubuh Baru Klinting. Saat pesta berlangsung, datanglah anak kecil dekil dan penuh luka yang sebenarnya merupakan jelmaan Baru Klinting. Ia mengaku kelaparan dan memohon agar diberi makan oleh penduduk setempat. Sayangnya, mereka malah tak mengacuhkan dan mengusirnya dengan kasar. Baru Klinting yang sakit hati pun pergi ke rumah seorang janda tua yang ternyata mau memperlakukannya dengan baik, bahkan memberinya makan. Usai makan, ia berpesan agar wanita itu menyiapkan lesung dan menaikinya jika terdengar suara gemuruh. Baru Klinting lalu kembali ke pesta. Ia mengadakan sayembara dan menantang para penduduk untuk mencabut lidi yang ditancapkannya ke tanah. Sempat menganggap remeh, ternyata tak ada satu pun penduduk yang berhasil melakukannya. Setelah semua menyerah, dengan mudah Baru Klinting mencabut lidi tersebut. Ternyata, dari bekas tancapan lidi tersebut muncul air yang semakin lama semakin deras alirannya. Para penduduk desa itu pun tewas tenggelam di rawa yang sekarang dikenal sebagai Rawa Pening. Hanya ada satu penduduk yang selamat, yakni si janda tua yang bersikap baik pada Baru Klinting. Ada beberapa versi legenda mengenai terjadinya Rawa Pening yang ada di Kabupaten Semarang. Salah satunya seperti yang kami bahas di atas. Anda dapat menceritakannya pada buah hati sebagai cerita dongeng anak sebelum tidur. Putra dan putri Anda pun dapat memetik pelajaran darinya. Yakni untuk tidak menilai orang lain dari luarnya saja. Juga untuk tidak sembarangan mengambil sesuatu yang bukan haknya. Pada zaman dahulu, hidup seorang wanita bernama Endang Sawitri yang tinggal di desa Ngasem. Endang Sawitri sedang hamil, dan kemudian dia pun melahirkan. Anehnya, yang dilahirkan bukanlah bayi biasa, melainkan seekor naga. Naga tersebut kemudian diberi nama Baru Klinting. Baru Klinting adalah seekor naga yang unik. Dia bisa berbicara seperti manusia. Saat usianya menginjak remaja, Baru Klinting bertanya kepada ibunya. Dia ingin tahu apakah dia memiliki seorang ayah, dan dimana ayahnya berada. Endang Sawitri menjawab bahwa ayahnya adalah seorang raja, yang sedang bertapa di sebuah gua, di lereng Gunung Telomoyo. Pada suatu hari, Endang Sawitri berkata bahwa sudah tiba saatnya bagi Baru Klinting untuk menemui ayahnya. Dia memberikan sebuah klintingan kepada Baru Klinting. Benda itu adalah peninggalan dari ayah Baru Klinting, dan dapat menjadi bukti bahwa Baru Klinting adalah benar-benar anaknya. Baru Klinting berangkat ke pertapaan untuk mencari ayahnya. Saat sampai di pertapaan Ki Hajar Salokantara, dia pun bertemu dengan Ki Hajar Salokantara dan melakukan sembah sujud di hadapannya. Baru Klinting menjelaskan kepada Ki Hajar Salokantara bahwa dia adalah anaknya, sambil menunjukkan klintingan yang dibawanya. Ki Hajar Salokantara kemudian berkata bahwa dia perlu bukti lagi. Dia meminta Baru Klinting untuk melingkari Gunung Telomoyo. Jika dia bisa melakukannya, maka benar dia adalah anaknya. Ternyata Baru Klinting dapat dengan mudah melingkari gunung tersebut. Ki Hajar Salokantara mengakui bahwa memang benar Baru Klinting adalah anaknya. Dia lalu memerintahkan Baru Klinting untuk bertapa di dalam hutan yang terdapat di lereng Gunung Telomoyo. Asal Usul Baru Klinthing Rawa Pening Alkisah, Suatu hari warga Desa di Pathok Jawa Tengah mengadakan sedekah bumi sebagai rasa syukur atas sukses panen mereka. Mereka mengadakan berbagai macam acara seperti hiburan rakyat berupa pertunjukan tarian tradisional, pagelaran wayang kulit ataupun kuda lumping dan acara yang paling dinanti yakni kenduri bersama. Kemudian memotong kambing dan ayam, selain itu mereka juga mencari hewan buruan di hutan. Kaum laki-laki baik tua ataupun muda keluar masuk ke hutan untuk mencari hewan buruan. Tetapi anehnya tidak ada satupun kijang, babi atau banteng hutan yang muncul. Hingga hari menjelang sore tangan mereka masih kosong saja. Tidak ada satu hewan buruan pun yang berhasil ditangkap. Karena kesal serta kelelahan, seorang laki-laki dari mereka beristirahat di batang pohon besar yang tumbang di pinggir jalan setapak. Lalu ia menancapkan pedangnya di pohon tumbang yang sudah ditutupi lumut itu. Yang anehnya dari pohon itu justru mengeluarkan darah segar yang mengalir deras dan menyebabkan bau anyir yang menyengat. Dengan segera mereka mencari tahu benda apa yang sebenarnya tengah diduduki oleh mereka itu. ā€œTeman-teman, nasib kita sepertinya sedang baik. Ini bukan pohon tumbang, tetapi ular raksasa yang sedang tertidur. Mari kita potong dan bawa ke desa untuk dibuat hidangan yang lezat!,ā€ seru Kepala Desa pemimpin perburuan. Mereka tidak tahu kalau ular yang mereka potong itu ternyata Baru Klinthing, putra dari pertapa sakti Ki Hajar Salokantara dan istrinya Nyai Selakanta yang berasal dari Desa Ngasem. Baru Klinthing yang sedang bertapa untuk memperdalam ilmu kanuragan dengan cara melingkari Gunung Telomoyo. Kalau warga Desa Pathok tahu, mereka pasti mengurungkan niatnya menjadikan Baru Klinthing sebagai santapan karena akibat dari perbuatan itu sungguh sangat luar biasa. Ular raksasa Baru Klinthing itu berubah wujud menjadi anak kecil yang kurus kering serta berbau amis seperti tidak pernah mandi selama berhari-hari. Yang kemudian ia bergabung dengan warga Desa Pathok yang sedang mengadakan syukuran sedekah bumi. Tetapi ketika ia meminta makan dan minum, tidak ada seorang pendudukpun yang mau memberinya. Semua orang yang ditemuinya selalu menghardik dan mengusir dengan kasar. ā€œPergi kau pengemis kecil dasar jorok dan bau! Makanan di perutku dapat dimuntahkan kalau terus melihatmu! Sana pergi mengemislah di tempat lain. Di sini tidak ada tempat untukmu!,ā€ bentak salah satu warga dan mengayunkan tongkat pada Baru Klinthing. Air mata jatuh membasahi pipinya yang tirus. Sungguh kejam perbuatan penduduk Desa Pathok. Mereka memang orang kaya, namun hati dan perangainya sangatlah miskin, jauh dari sifat dermawan yang belas kasih. Di tengah keputus asaannya, Baru Klinthing tiba di sebuah rumah sederhana salah seorang penduduk desa yang bernama Nyi Latung. ā€œMasuklah ke rumahku, Nak. Jangan menangis di luar seperti itu. kalau kau lapar, Nenek punya sedikit makanan untukmu,ā€pinta Nyi Latung dan menggandeng Baru Klinthing dengan lembut untuk masuk ke dalam rumahnya. Baru Klinthing menceritakan kejadian yang ia alami dengan penduduk desa. ā€œNenek paham perasaanmu, Nak. Penduduk desa ini memang terkenal tamak serta sombong. Sifat mereka semakin menjadi-jadi. Nenek coba mengingatkan mereka namun malah dikucilkan. Tetapi tidak apa-apa, Nenek tidak marah. Suatu hari Tuhan pasti membalas perbuatan mereka,ā€ jelas Nyi Latung sambil menyiapkan hidangan sederhana untuk Baru Klinthing. Seperti nasi, sayur lodeh dan tempe goring. Meskipun tidak mewah, Baru Klinthing tetap menikmati hidangan itu. Setelah selesai makan serta istirahat secukupnya, ia pamit pada Nyi Latung yang tinggal seorang diri. Sebelum pergi Baru Klinthing berpesan pada Nyi Latung untuk naik ke lesung dan menyiapkan kayuh kalau tiba-tiba terdengar suara kentongan yang bertalu-talu. Nyi Latung mendengarkan pesan itu karena ia tahu bahwa anak kecil yang ditolongnya bukan anak biasa. Baru Klinthing lalu pergi ke lapangan desa ketempat para penduduk berpesta. Di tengah kerumunan orang banyak, ia menancapkan sebuah batang lidi lalu menantang siapa yang bisa mencabutnya. ā€œDi kantung yang sedang aku genggam ini, terdapat puluhan keping uang emas yang akan aku berikan untuk siapa saja yang bisa mencabut lidi di hadapanku ini,ā€ kata Baru Klinthing lantang, membuat mata semua orang terbelalak kaget ternyata pengemis kecil yang diusir tadi mempunyai banyak kekayaan. Karena rasa tamak serta rakusnya, para penduduk desa mulai maju satu persatu guna mencabut lidi yang ditancapkan oleh Baru Klinthing. Tetapi sampai orang terakhir, tidak ada satupun orang yang berhasil. Bahkan walau dicabut beramai-ramai, mereka masih tetap gagal. Lalu Baru Klinthing maju dan mencabut lidi yang ia tancapkan di tanah itu. Tak lama kemudian keluarlah air yang deras dari bekas lubang lidi tersebut. Para penduduk desa lalu memukul kentongan bertalu-talu untuk memberi tahu yang lain supaya menyelamatkan diri karena datang banjir bandang yang secara tiba-tiba. Tetapi berapa keras usaha mereka, tidak ada satupun orang yang selamat dari sapuan air bah itu. Semuanya tewas tenggelam karena banjir kecuali janda tua yang memberi makan Baru Klinthingtadi. Nyi Latung selamat dan berhasil keluar dari desanya yang kini berubahmenjadi sebuah danau raksasayang diberi nama Rawa Pening. Cerita Rawa Pening Pada zaman dahulu di desa Ngasem hidup seorang gadis bernama Endang Sawitri. Penduduk desa tak seorang pun yang tahu kalau Endang Sawitri punya seorang suami, namun ia hamil. Tak lama kemudian ia melahirkan dan sangat mengejutkan penduduk karena yang dilahirkan bukan seorang bayi melainkan seekor Naga. Anehnya Naga itu bisa berbicara seperti halnya manusia. Naga itu diberi nama Baru Klinting. Di usia remaja Baru Klinting bertanya kepada ibunya. Bu, ā€œApakah saya ini juga mempunyai Ayah?, siapa ayah sebenarnyaā€. Ibu menjawab, ā€œAyahmu seorang raja yang saat ini sedang bertapa di gua lereng gunung Telomaya. Kamu sudah waktunya mencari dan menemui bapakmu. Saya ijinkan kamu ke sana dan bawalah klintingan ini sebagai bukti peninggalan ayahmu dulu. Dengan senang hati Baru Klinting berangkat ke pertapaan Ki Hajar Salokantara sang ayahnya. Sampai di pertapaan Baru Klinting masuk ke gua dengan hormat, di depan Ki Hajar dan bertanya, ā€œApakah benar ini tempat pertapaan Ki Hajar Salokantara?ā€ Kemudian Ki Hajar menjawab, ā€œYa, benarā€, saya Ki Hajar Salokantara. Dengan sembah sujud di hadapan Ki Hajar, Baru Klinting mengatakan berarti Ki Hajar adalah orang tuaku yang sudah lama aku cari-cari, aku anak dari Endang Sawitri dari desa Ngasem dan ini Klintingan yang konon kata ibu peninggalan Ki Hajar. Ya benar, dengan bukti Klintingan itu kata Ki Hajar. Namun aku perlu bukti satu lagi kalau memang kamu anakku coba kamu melingkari gunung Telomoyo ini, kalau bisa, kamu benar-benar anakku. Ternyata Baru Klinting bisa melingkarinya dan Ki Hajar mengakui kalau ia benar anaknya. Ki Hajar kemudian memerintahkan Baru Klinting untuk bertapa dalam hutan lereng gunung. Suatu hari penduduk desa Pathok mau mengadakan pesta sedekah bumi setelah panen usai. Mereka akan mengadakan pertunjukkan berbagai macam tarian. Untuk memeriahkan pesta itu rakyat beramai-ramai mencari hewan, namun tidak mendapatkan seekor hewan pun. Akhirnya mereka menemukan seekor Naga besar yang bertapa langsung dipotong-potong, dagingnya dibawa pulang untuk pesta. Dalam acara pesta itu datanglah seorang anak jelmaan Baru Klinting ikut dalam keramaian itu dan ingin menikmati hidangan. Dengan sikap acuh dan sinis mereka mengusir anak itu dari pesta dengan paksa karena dianggap pengemis yang menjijikkan dan memalukan. Dengan sakit hati anak itu pergi meninggalkan pesta. Ia bertemu dengan seorang nenek janda tua yang baik hati. Diajaknya mampir ke rumahnya. Janda tua itu memperlakukan anak seperti tamu dihormati dan disiapkan hidangan. Di rumah janda tua, anak berpesan, Nek, ā€œKalau terdengar suara gemuruh nenek harus siapkan lesung,agar selamat!ā€. Nenek menuruti saran anak itu Sesaat kemudian anak itu kembali ke pesta mencoba ikut dan meminta hidangan dalam pesta yang diadakan oleh penduduk desa. Namun warga tetap tidak menerima anak itu, bahkan ditendang agar pergi dari tempat pesta itu. Dengan kemarahan hati anak itu mengadakan sayembara. Ia menancapkan lidi ke tanah, siapa penduduk desa ini yang bisa mencabutnya. Tak satu pun warga desa yang mampu mencabut lidi itu. Akhirnya anak itu sendiri yang mencabutnya, ternyata lubang tancapan tadi muncul mata air yang deras makin membesar dan menggenangi desa itu, penduduk semua tenggelam, kecuali Janda Tua yang masuk lesung dan dapat selamat, semua desa menjadi rawa-rawa, Cerita Terbentuknya Rawa Pening Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah seorang gadis bernama Endang Sawitri. Tidak ada yang tahu bahwa gadis ini sudah memiliki suami, tetapi gadis ini telah mengandung. Ketika Endang melahirkan, seluruh desa menjadi gempar karena yang dilahirkan bukan anak manusia, melainkan anak naga. Saat memasuki usia remaja, Baru Klinting menanyakan keberadaan ayahnya kepada sang ibu. Kemudian, sang ibu memberitahu bahwa ayah Baru Klinting sedang bertapa di gua yang ada di lereng Gunung Telomaya. Akhirnya, Baru Klinting berangkat ke gua tersebut sambil membawa klintingan sejenis lonceng yang pernah ditinggalkan sang ayah dulu. Di gua, Baru Klinting berhasil menemukan ayahnya, Ki Hajar Salokantara. Baru Klinting menunjukkan klintingan yang ia bawa sebagai bukti bahwa ia adalah anak Ki Hajar Salokantara. Singkat cerita, setelah Ki Hajar Salokantara percaya, di saat yang bersamaan warga desa hendak membuat pesta. Mereka mencari hewan untuk disembelih, tapi mereka tidak menemukan hewan apa pun. Sampai akhirnya mereka menemukan seekor naga dan membawa naga itu pulang untuk dipotong dan dimakan. Saat warga desa tengah berpesta, muncul seorang anak kecil dengan paras yang buruk rupa. Anak ini adalah jelmaan Baru Klinting. Saat si anak hendak meminta makan, warga desa malah mengusirnya karena parasnya sangat buruk. Dengan sedih dan sakit hati, anak itu pergi. Namun, seorang janda tua melihat anak itu dan memanggilnya masuk ke rumah. Si anak diberi makan oleh janda itu. Kemudian anak jemaan Baru Klinting itu berpesan, ā€œJika nenek mendengar suara bunyi gemurah, naiklah ke lempung agar selamat.ā€ Baru Klinting kemudian kembali ke warga desa dan menancapkan sebuah lidi ke tanah. Ia membuat sayembara bagi warga desa yang berhasil mencabut lidi itu. Akan tetapi, tak seorang pun mampu mencabut lidi kecuali Baru Klinting sendiri. Setelah lidi dicabut, ada aliran air yang deras dan lambat laut menenggelamkan desa. Semua warga desa tenggelam, kecuali si nenek yang berhasil selamat karena menaiki lesung. Suara gamelan peminta tumbal Misteri Rawa Pening yang santer terdengar adalah suara gamelan yang menandakan bahwa dalam waktu dekat ada orang yang meninggal karena tenggelam di danau ini. Suara gamelan ini terdengar seperti berada di seberang danau, tapi saat dihampiri suara itu seperti terdengar di arah sebaliknya. Konon, suara gamelan ini sama seperti tabuh-tabuhan ketika warga desa yang ditenggelamkan Bayu Klinting sedang berpesta. Bahkan, banyak yang berspekulasi bahwa Baru Klinting yang tinggal di Rawa Pening inilah yang meminta tumbal. Keberadaan kerajaan mahluk halus Di atas danau seluas hektar ini terdapat tiga buah jembatan besar, yang pertama adalah jembatan utama yang berada di Jalan Raya Solo-Semarang, yang kedua adalah jembatan yang letaknya di antara jembatan utama dan bendungan, lalu yang terakhir adalah jembatan rel kereta api Ambarawa-Tuntang yang merupakan peninggalan Belanda. Menurut orang-orang pintar, ada 3 kerajaan mahluk halus yang berdiri di sekitar Rawa Pening. Kerajaan pertama letaknya di sekitar danau yang ada di Rawa Pening. Kemudian, kerajaAn mahluk halus yang kedua bertempat di antara jembatan utama dan jembatan rel kereta api. Selanjutnya, kerajaan terakhir ini berdiri di antara jembatan kedua. Belum ada yang pernah membuktikan misteri Rawa Pening yang satu ini. Namun, banyak orang yang mengaitkan tragedi kecelakaan atau orang tenggelam di Rawa Pening karena ulah penghuni kerajaan mahluk halus ini. Mencari kerang dengan kakek gaib Kisah kakek gaib peregang nyawa ini juga menjadi misteri Rawa Pening yang ditakuti oleh masyarakat sekitar. Kejadian ini bermula pada saat 5 orang anak bermain di sekitar danau. Tiba-tiba mereka didatangi oleh seorang kakek untuk mencari kerang di sekitar danau. karena airnya sangat bening, maka disebutlah ā€œRawa Peningā€ yang berada di kabupaten Semarang, Jawa Tengah. demikianlah artikel dari mengenai Baru Klinthing Rawa Pening Asal Usul, Legenda, Kisah, Cerita, Terbentuknya, Terjadinya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.
Homepage/ cara kebal pukulan. Beberapa cara mendapatkan ilmu kebal. Source: bertuah khodam naga, gambar baru klinting, tombak baru klinting asli, penampakan baru klinting, bekas cabutan lidi baru klinting, gudang senjata baru klinting saradan, jenis pusaka naga, ilmu kebal[Read More] loading...Kisah Legenda Rawa Pening menyelimuti danau alam seluas hektare di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Foto/SINDOnews/Angga Rosa SEMARANG - Legenda Rawa Pening di wilayah Kecamatan Banyubiru, Tuntang, Bawen dan Ambarawa, Kabupaten Semarang sampai sekarang masih kuat beredar di hari ada ratusan orang yang beraktivitas di danau alam seluas sekitar hektar itu yang menyimpan cerita Legenda Rawa mereka bermacam-macam. Mulai dari mencari nafkah, berwisata hingga menyalurkan hobi memancing. Sejak dulu, Rawa Pening memang menjadi obyek wisata andalan di Kabupaten Semarang. Bisa dipastikan, setiap hari ada wisatawan yang berkunjung. Baca juga Upacara Bendera Petani Rawa Pening, Kibarkan Merah Putih di Tengah Genangan Limpasan Danau Alam Di kawasan Rawa Pening ada beberapa destinasi wisata, antara lain Bukit Cinta yang berada di wilayah Kecamatan Banyubiru, Jembatan Biru di Tuntang, rumah apung di Asinan, Bawen. Sejumlah tempat tersebut kerap dikunjungi untuk berekreasi, para wisatawan yang datang ke Rawa Pening sebagian ada yang kepingin mengetahui kisah Baro Klinting dan legenda terbentuknya Rawa Pening. Berdasarkan cerita sejumlah warga di pesisir Rawa Pening, danau alam itu terbentuk setelah seorang remaja bernama Baro Klinting mencabut lidi yang ditancapkannya di tengah hajatan pesta warga Desa Pathok. Baca juga Rawa Pening Meluap, Puluhan Hektare Sawah di Tuntang dan Banyubiru Terendam Bersamaan dengan itu, muncul air dari lubang bekas tancapan lidi. Air terus membesar dan terjadi banjir. Banjir menenggelamkan desa dan akhirnya menjadi danau yang dikini di kenal dengan nama Rawa 57 warga Desa Rowoboni, Banyubiru menuturkan, berdasarkan cerita turun temurun dari para leluhur, konon legenda Rawa Pening berawal dari kehidupan warga desa di kaki Gunung Telomoyo, yakni Desa Ngasem yang dipimpin oleh Ki Sela Gondang. Kepala desa tersebut dikenal bijaksana. "Ceritanya, Ki Sela Gondang memiliki anak perempuan bernama Endang Sawitri," ujarnya, cerita, kata dia, suatu saat masyarakat Desa Ngasem memiliki hajat menggelar merti desa bersih desa. Namun ada yang harus disediakan warga sebagai tolak bala serta agar hajat tersebut berjalan dengan lancar dan masyarakat desa mendapat keberkahan. Untuk menolak bala dibutuhkan pusaka sakti milik Ki Hajar Salokantara. Kemudian Ki Selo Gondang mengutus putrinya untuk meminjam pusaka sahabatnya itu. Mendapat tugas tersebut, Endang Sawitri segera melaksanakan tugas yang diberikan bertemu dengan Ki Hajar Salokantara, Endang Sawitri kemudian menyampaikan maksud dan tujuannya untuk meminjam pusaka. Ki Hajar Salokantara pun meminjamkan pusaka yang dimaksud. Namun sebelum Endang Sawitri pulang, Ki Hajar Salokantara berpesan jangan sampai pusaka itu diletakkan di atas tetapi, di tengah perjalanan Endang Sawitri tanpa sengaja meletakkan pusaka itu di atas pangkuannya. Akibatnya, perut Endang Sawitri sakit. Endang Sawitri juga merasa sering mual-mual. Setelah diperiksa ternyata, Endang Sawitri membuat Ki Sela Gondang bingung. Akhirnya Ku Sela Gondang memohon Ki Hajar Salokantara untuk menilai putrinya. Dengan berat hati, Ki Hajar Salokantara menerima permintaan tersebut dan menikahi Endang Ki Hajar Salokantara bertapa di Gunung Telomoyo. Waktu terus berlalu dan waktu melahirkan pun tiba. Proses persalinan Endang Sawitri ditolong oleh seorang dukun bayi. "Dukun bayi itu, terkejut setelah mengetahui yang lahir ternyata ular naga. Begipula dengan Endang Sawitri, dia juga terkejut ketika melihat anaknya berwujud ular naga," kata ular naga itu diberi nama Baro Klinting seperti nama pusaka milik Ki Hajar Salokantara. Seiring berjalannya waktu, Baro Klinting pun bertumbuh besar. Kemudian Baro Klinting menanyakan keberadaan ayahnya. Endang Sawitri pun menjelaskan ayahnya bernama Ki Hajar Salokantara dan saat itu sedang bertapa di Gunung Baro Klinting meminta izin kepada ibunya untuk menemui ayahnya di Gunung Telomoyo. Permintaan itu pun diizinkan. Endang Sawitri pun membekali Baro Klinting sebuah pusaka sebagai bukti bahwa dirinya anak Ki Hajar itu, Baro Klinting berjalan menuju Gunung Telomoyo. Sesampainya di gunung itu, Baro Klinting bertemu dengan seorang pertapa dan menanyakan keberadaan Ki Hajar Salokantara. Pertapa itu pun terkejut. Akhirnya Ki Hajar Salokantara memberitahu Baro Klinting bahwa dirinya adalah orang yang dicari. Kemudian Ki Hajar Salokantara menanyakan maksud dan tujuan Baro Klinting mencarinya. Ular naga yang bisa berbicara seperti manusia itu pun memberitahukan bahwa dirinya adalah anak Ki Hajar Salokantara. Mendengar pengakuan itu, Ki Hajar Salokantara pun menanyakan bukti yang bisa menyakinkan dirinya. Lantas Baro Klinting menunjukkan pusaka yang diberikan Hajar Salokantara mengakui bahwa pusaka itu benar miliknya. Namun Ki Hajar Salokantara belum yakin. Dia baru yakin jika anaknya bisa melingkari Gunung Telomoyo dengan tubuhnya. Baro Klinting pun langsung melingkari Gunung Telomoyo dan Ki Hajar Salokantara pun mengakui bahwa ular naga itu adalah Baro Klinting diminta bertapa agar dirinya bisa berubah wujud menjadi manusia. Namun di tengah pertapaan, ada sejumlah warga dari Desa Pathok yang sedang berburu dan melihat tubuh ular naga. Mereka pun lantas memotong tubuh ular naga itu dan membawa pulang untuk di bertapa, wujud Baro Klinting pun berubah menjadi manusia. Tetapi pada tubuhnya terdapat luka yang mengeluarkan bau tak sedap. Selanjutnya, Baro Klinting turun gunung dan sampai di Desa Pathok. Di desa tersebut Baro Klinting menjumpai sejumlah warga sedang menggelar pesta yang dipenuhi dengan makanan lezat. Baro Klinting yang saat itu merasa lapar, akhirnya memberanikan diri untuk meminta sedikit makanan kepada warga. Namun warga menolaknya dan mengusir Baro Klinting. Tak hanya itu, warga juga mencaci Baro Klinting yang mengeluarkan bau tidak sedap. Akhirnya Baro Klinting pergi dan berjalanan menyusuri jalan desa. Di tengah perjalanan, Baro Klinting bertemu dengan sorang perempuan tua bernama Nyai Latung dan meminta makanan dan minuman."Nyai Latung menerima Baro Klinting dengan baik dan memberikan makana serta minuman. Selesai makan, Baro Klinting berpesan kepada Nyai Latung untuk menyiapkan lesung dan memintanya untuk naiki lesung jika mendengar suara gemuruh. Setelah itu, Baro Klinting pergi menuju tempat hajatan warga," di tempat itu, Baro Klinting langsung menancapkan lidi di tengah keramaian warga sembari meminta warga untuk mencabut lidi itu. Warga pun menganggap itu sebagai lelucon. Tetapi tidak ada satu pun warga yang bisa mencabut lidi itu. Bahkan sejumlah warga berusaha mencabut secara bersama-sama, namun juga tidak bisa."Akhirnya Baro Klinting mencabut lidi itu dan melemparkannya ke arah Gunung Kendalisada. Seketika itu juga muncul air dari lubang bekas tancapan lidi. Air terus membesar," tuturnya. Baro Klinting pun pergi. Sedangkan air yang muncul dari lubang itu, bertambah besar hingga terjadi banjir. Setelah mendengar suara gemuruh seperti banjir, Nyai Latung langsung naik ke atas lesung dan terapung di atas air. Nyai Latung pun selamat dan sampai ke suatu tempat. Oleh Nyai Latung, desa yang tenggelam diberinama Rawa Pening. "Itu cerita turun temurun yang dengar dari para sesepuh. Dan cerita Baro Klinting, sudah meluas hingga daerah lain," ucapnya. shf KiHajar pun memerintahkan Baru Klinting melingkari gunung dengan tubuhnya, yang segera dilakukan oleh anaknya. Dari bekas cabutan lidi itu, air memancar serta menenggelamkan desa dan seluruh warganya. Sehingga, terbentuklah danau bernama Rawa Pening. Mitos ini pun terus diceritakan secara turun-temurun dan hidup di dalam masyarakat Legenda Baruklinting – daerah Ambarawa Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, sumber air telaga berasal dari luberan air bekas cabutan lidi Baru Klinting. Alkisah, hiduplah seorang bocah yang karena kesaktiannya di kutuk seorang penyihir jahat. Akibatnya, bocah itu memiliki luka di sekujur tubuh dengan bau yang sangat tajam. Luka itu tak pernah mau kering. Jika mulai kering, selalu saja muncul luka-luka baru, disebabkan memar. Akhirnya, tak ada seorang pun yang mau bersahabat dengannya. Jangankan berdekatan, bertegur sapa pun mereka enggan. Setiap berpapasan mereka pasti melengos. Tak ingin bersinggungan, karena takut tertular. Bocah ini pun mulai berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk menemukan seseorang yang mampu menyembuhkan penyakitnya. Hingga kemudian dalam mimpinya, ia bertemu seorang wanita tua yang baik hati. Kelak dialah yang sanggup melepaskan mantera jahat tersebut sehingga ia bisa pulih seperti semula. Akhirnya, tak dinyana tak di duga, dia pun tiba di sebuah kampung yang kebanyakan orang-orangnya sangat sombong. Tak banyak orang miskin di tempat itu. Kalaupun ada, pasti akan di usir atau dibuat tidak nyaman dengan berbagai cara. Kemunafikan orang-orang kampung ini mengusik nurani bocah kecil tadi, yang belakangan diketahui bernama Baru Klinting. Dalam sebuah pesta yang meriah, bocah tersebut berhasil menyellinap masuk. Namun apa ayal, ia pun harus rela di usir paksa karena ketahuan. Saat tengah di seret, ia berpesan agar sudi kiranya mereka memperhatikan orang-orang tak mampu, karena mereka juga manusia. Sama seperti mereka. Di perlakukan begitu ia tak begitu ambil pusing. Namun amarah mulai memuncak, saat puluhan orang mulai mencibir sembari meludahi dirinya. ā€œdasar anak setan, anak buruk rupaā€, begitu maki mereka. Tak terima dengan perlakuan itu, ia pun langsung menancapkan sebatang lidi yang kebetulan ada di sana. Lalu dengan wajah berang ia pun bersumpah, bahwa tak ada seorang pun yang sanggup mengangkat lidi ini, kecuali dirinya. Tak percaya dengan omongan sang bocah, masing-masing orang mulai mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, lagi-lagi, lidi itu tak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya orang-orang mulai takut dengan omongan si bocah. ā€œJangan-jangan akan ada apa-apa?ā€ pikir mereka. Benar saja, dalam beberapa hari, tak ada seorang pun yang sanggup melepas lidi tersebut. Hingga akhirnya, secara diam-diam ia kembali lagi ke tempat itu dan mencabutnya. Seorang warga yang kebetuan lewat melihat aksinya, langsung terperangah. Ia pun menceritakan kisah itu kepada orang-orang yang lain. Tak lama kemudian, tetesan air pun keluar dari lubang tadi. Makin lama makin banyak, hingga akhirnya menenggelamkan kampung tersebut dan membuatnya menjadi telaga. Konon tak banyak orang yang selamat, selain warga yang melihat kejadian dan seorang janda tua yang berbaik hati memberinya tumpangan. Janda ini pula yang merawatnya, hingga secara ajaib, penyakit tersebut berangsur-angsur hilang. Namun penyihir jahat, tetap tak terima, hingga di suatu ketika, Baru Klinting kembali di kutuk. Namun aneh, kali ini kutukan bukan berupa penyakit, tapi malah merubah tubuhnya menjadi ular yang sangat besar dengan kalung yang berdentang pada lehernya. Versi lain menyebutkan, ular ini sering keluar dari sarangnya tepat pukul WIB. Setiap ia bergerak, dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi; klentang klenting. Akhirnya, bunyi ini pula yang membuatnya di kenal sebagai Baru Klinting. Konon, nelayan yang sedang kesusahan karena tidak mendapat ikan, pasti akan beruntung jika Baru Klinting lewat tak jauh dari tempatnya. Itu yang membuat legenda kehadirannya telah menjadi semacam berkat yang paling di tunggu-tunggu. qFhfH9.
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/457
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/413
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/463
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/792
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/979
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/550
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/314
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/948
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/325
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/896
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/418
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/326
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/797
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/926
  • 8d9g5hwkzu.pages.dev/596
  • bekas cabutan lidi baru klinting